AKU NASRUL, BEBERAPA TAHUN YANG LALU (part 2)

Dahulu, aku tak ingin menjadi bahan kelakar tanda tanya semua orang, aku tak ingin menjadi netra yang tak kunjung dipandang, aku tak ingin menjadi afeksi yang kurang memuaskan.

Tak sempat diberi tahu, semuanya dinyatakan berantakan.

Sebarang masa, hanya bertindak acuh tak acuh dengan mulut yang terus berbicara.

"Pengecut!" Kata semua orang, tak sempat berkata, mereka berpaling menutup telinga. Cicit burung mereka gapai dalam semesta yang menduga bahwa mereka selalu benar akan semua hal. Lucu, menurutku.

Untuk saat ini, lari dalam jalur yang tak kubutuhkan memanglah jawaban. Namun nanti apa kata tuhan? Memalukan.

Sampai ujung garis sadar, aku tak mengerti saat mentari yang masih menyinariku dalam rentangan hari yang terus datang tak kenal waktu.

Cukup sampai situ, pintaku dalam kalbu. Tak ingin semua bencana datang dengan sia-sia, memeluk rindu diriku yang berkedok teman setia.

Aku membalas lemah. "Kait usahaku telah terpuruk, jangan memaksaku untuk melangkah." Telapak tanganku terus terbuka, meraih selalu angan yang tak kunjung mengakhiri semuanya.

Semua ini tentang hidupku, Widya. Kini kau mengerti semuanya, kan?

Senyum yang selalu aku singgungkan saat bersamamu, menjadi satu-satunya harapan bagiku. Aku harap kau benar-benar menyukaiku dan tidak pernah meninggalkanku dalam sebuah kisah romansa yang akan bermulai ini. Maaf untuk semuanya dan terima kasih, Widya.


#intanratu

Komentar